" (Kalimah) La Ilaha Illallah (tiada Tuhan yang berhak diibadahi melainkan Allah), adalah benteng pertahanan-Ku. Dan barangsiapa yang memasuki benteng-Ku ia aman dari siksaan-Ku." (HQR Abu Na'im, Ibnu Najjar dan Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali bin Abi Thalib r.a)
Allah swt. memberitakan kepada kita dengan perantaraan lisan yang mulia Nabi kita Muhammad saw. bahwa apabila seseorang mengucapkan kalimat tauhid yaitu : "La ilaha Illallah" dengan hati yang penuh ikhlas, penuh iman dan beri'tikad dengan penuh keyakinan akan arti, maksud dan tujuannya, dan dengan cara yang khudlu', niscaya dia telah masuk ke dalam benteng pertahanan milik Allah swt. Tidak perlu diragukan lagi, apabila seseorang masuk ke dalam satu benteng pertahanan yang sangat kokoh kuat, sudah barang tentu akan merasa aman dari serangan musuh dan terjauh dari mara bahaya. Kalimat itu mengandung arti bahwa siapa pun tidak boleh menyembah sesuatu selain kepada Allah swt. tidak boleh mengharapkan sesuatu selain dari Allah swt. dan tidak boleh berpegang atau bersandar kepada sesuatu pun selain kepada Allah swt.
Sebagian keturunan Adam (manusia) yang sangat sesat, berani menyerang Allah swt. dengan tuduhan Allah mempunyai anak, yang artinya beristeri. Padahal Maha Suci Allah dari beristeri atau mempunyai anak, sebagaimana telah diterangkan dalam suratul-ikhlas ( Surat Al-ikhlas). Diantara manusia yang ini terdapat pula yang sesat, yang tiada percaya akan adanya ba'ats (hari kebangkitan). Artinya mereka tidak percaya akan adanya hari akhirat, padahal Allah Maha Kuasa menciptakan makhluk pertama tanpa contoh, pola ataupun cetakan, pasti kuasa pula mengembalikannya sebagaimana semula; dari tidak ada menjadi ada, lalu menjadi tidak ada dan kemudian menjadi ada kembali. Malah menurut gambaran dan khayalan kita, mengembalikan itu mudah dan lebih gampang daripada memulai tanpa contoh.
Allah swt. memberitakan kepada kita, bahwa ada sebagian dari hamba-hambaNya yang membohongkan firman Allah dengan menegaskan bahwa : " Allah akan menghidupkannya kembali, sebagaimana diciptakan-Nya pertama kali". Di anggapnya Allah berdusta karena tidak mungkin dapat menepati janji-Nya sendiri. Sebenarnya mereka tidak berhak melakukan tuduhan semacam itu, karena Allah swt. Maha Besar dalam ucapan-Nya. begitu juga caci maki mereka menuduh Allah swt. mempunyai isteri dan karena itu Allah mempunyai anak, tidak pantas diucapkan oleh mereka. Maha Suci Allah Yang Maha Esa : Esa sifat-Nya, Esa dzat-Nya tidak sama dan tidak serupa dengan makhluk-Nya, serta tidak ada tolok bandingan-Nya. Maha Suci Allah dari yang dikhayalkan oleh mereka.
Ada dua sifat khusus yang hanya dimiliki Allah swt. Makhluk Allah tidak boleh merebutnya, menyamai atau menyekutuinya, sifat tersebut adalah sifat "izzah" (keperkasaan dan kemuliaan) dan sifat "Kibr" (keagungan dan kebesaran). Ada sifat lain yang terkadang makhluk-Nya boleh bersifat dengan sifat itu sebagai pinjaman sementara dan bukan menurut hakikat yang sebenarnya, seperti sifat kasih sayang (rahman), pemurah (karim). Kedua sifat tersebut diibaratkan oleh Allah sebagai kain sarung dan selendang yang sudah tentu tidak boleh direbut, dipakai atau digunakan oleh yang lain. Perumpamaan itu semata-mata hanyalah untuk mendekatkan pengertiannya kepada akal kita sebagai makhluk-Nya. Barangsiapa yang hendak menyamai-Nya atau menyekutui-Nya, dirinya akan dilemparkan Allah swt. ke dalam neraka dan disiksa setimpal dengan perampasannya. ( Hadits Qudsi, K.H. M. Ali Usman - H. A.A. Dahlan - Prof. Dr. H. M.D. Dahlan)
Ada dua sifat khusus yang hanya dimiliki Allah swt. Makhluk Allah tidak boleh merebutnya, menyamai atau menyekutuinya, sifat tersebut adalah sifat "izzah" (keperkasaan dan kemuliaan) dan sifat "Kibr" (keagungan dan kebesaran). Ada sifat lain yang terkadang makhluk-Nya boleh bersifat dengan sifat itu sebagai pinjaman sementara dan bukan menurut hakikat yang sebenarnya, seperti sifat kasih sayang (rahman), pemurah (karim). Kedua sifat tersebut diibaratkan oleh Allah sebagai kain sarung dan selendang yang sudah tentu tidak boleh direbut, dipakai atau digunakan oleh yang lain. Perumpamaan itu semata-mata hanyalah untuk mendekatkan pengertiannya kepada akal kita sebagai makhluk-Nya. Barangsiapa yang hendak menyamai-Nya atau menyekutui-Nya, dirinya akan dilemparkan Allah swt. ke dalam neraka dan disiksa setimpal dengan perampasannya. ( Hadits Qudsi, K.H. M. Ali Usman - H. A.A. Dahlan - Prof. Dr. H. M.D. Dahlan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar